Menurut para pakar, tampaknya nilai tukar Rupiah, emas, dan juga minyak akan mengalami penurunan pada kuartal kedua 2019 ini mengikuti kebijakan kenaikan suku bunga The Fed untuk ketiga kalinya.
Kepala Riset PT Monex Investinto Futures, Ariston Tjendra menjelaskan bahwa harga emas akan terserempet angin buruk dari rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed serta penguatan Dollar USD terhadap nilai tukar Rupiah.
“Memang ini sudah ditunggu-tunggu banyak orang, kemungkinan suku bunga bakal naik di bulan Desember nanti, atau mendekati awal tahun 2020,” terang Ariston.
Meski Ariston memprediksikan nilai emas akan mengalami penurunan, namun emas masih dianggap sebagai bahan investasi yang positif. Biasanya mayoritas pelaku pasar akan beralih ke emas jika terjadi sesuatu di pasar demi melindungi asetnya.
Namun yang perlu menjadi perhatian adalah kenaikan suku bunga The Fed yang sudah masuk ketiga kalinya pada tahun ini. Hal ini akan berimbas pada nilai tukar. Jika The Fed memang menaikkan suku bunga, berarti nilai tukar emas, minyak, dan rupiah akan menjadi Price In.
“Untuk tren emas itu kan fluktuatif, memang ada koreksi, tapi tidak besar. Kalau emas mungkin tidak jauh beda dengan tahun lalu.”
Untuk harga emas di Pasar Spot mengalami penurunan, dimana harga pada awal semester 2 tahun ini berada di angka US 1.220,20 per troy ounce, saat ini sudah berada di angka 1.212,16 per troy ounce.
“Kalau untuk Rupiah ada tekanan, mungkin akan tertekan di 13.500-13.400,” terang Ariston.